The Story of "Wajah Memelas"

Sabtu, 17 Juli 2010

Ada apa dengan wajahku? Bagaimana rupa wajahku? Atau jangan jangan wajahku mirip Doraemon?

Satu, aku sudah kelas 2 SMA. Weiss... Pamer... Kenyataannya, orang-orang bilang kalau aku masih SMP. Kalau itu dibilang pas aku masih kelas 1, okelah nggak papa. Toh cuma selisih 1 tahun. Lha ini? Nah... Nah... Apalagi nggak cuma satu kali. Olalala.

Contohnya kayak kemarin itu waktu saya nganter adek lomba di Ungaran. Ada temen satu manajemennya (kayaknya sih udah SMP. Eh, atau menjelang SMP ya?) tanya :
Si A : "Oh, kamu yang nge-add fbku kemarin itu kan?"
Aku : "Iya."
Si A : "Emangnya kelas berapa sih kamu?" (dengan nada bicara seolah-olah temen sepantaran)
Aku : "Tebak!"
Si A : "2?"
Aku : "Wah, bener. 2 apa?"
Si A : "2 SMP kan?"
Aku : *gubrak*

Terus ada lagi waktu mau naik flying fox di Banaran. Ada 2 flying fox disana. Buat anak-anak sama dewasa. Aku mau naik yang flying fox dewasa nih ceritanya. Waktu beli tiket :
Aku : "Mbak, tiket flying fox yang dewasa."
Mbaknya : "Yang dewasa? Minimal kelas 2 SMP lho, Mbak." (bilang ke aku dengan meyakinkan)
Aku : (bingung) "Mbak, saya kan udah SMA."
Mbaknya : "Oh, udah SMA to?"
Aku : *oTL oTL*

Nggak tahu dan nggak mau tahu. Eh, tapi malah ada temenku bilang, "Eh? Berarti wajahmu baby face dong?" Hoek, cuih. Baby face kalau dilihat dari puncak monas pake sedotan kali ya? Bahkan aku yakin kalau wajahku sadis! Terlalu sadis caramu.... (lho?). Nggak percaya? Hooo... Lihat aja kartu pelajarku. Mungkin udah mirip Raito Yagami di Death Note. Hahaha.

Dan cerita yang ini lebih pathetic lagi. Waktu nganter adek (lagi? Kayaknya kerjaanku nganter adek mulu ya?) benerin gitar di daerah Sampangan sana, aku beli minum di warung nasi gandul deket situ. Ada seorang bapak dan istrinya lagi makan. Adekku juga ngikut.
Aku : "Mas, es teh 3 dibungkus ya." Kenapa 3? Ah, ceritanya panjang.
Mas yang jualan : "Ya, Mbak."
Bapak A : "Wah, adeknya gendut ya? Kelas berapa?"
Adek : "Empat."
Bapak A : "Kalau mbaknya?"
Aku : "Kelas 2, Pak."
Bapak A : "SMP ya?"
Aku : "SMA kok, Pak."
Bapak A : "Wah, kok udah besar. *?* SMA mana?"
Aku : "SMA 3."
Bapak A : "Wah, bagus itu. Mas, biar es tehnya sekalian saya yang bayar aja."
Aku : "HE???"
Bapak A : "Nggak papa, kasihan sendirian."
Ibu A : "Iya, Mbak, nggak papa."
Aku : (Dalam hati) "Wah, nggak tahu nih bapak sama ibu kalau orang tuaku nunggu di seberang."

Waktu aku cerita ke ibuku, aku bilang :
Aku : "Bu, wajahku nih memelas atau gimana sih?"
Ibu : "Itu namanya rejeki."
Aku : ???????????

Jadi? Bagaimana wajah saya? Biar sajalah. Itu namanya rejeki. =P

Photobucket

1 komentar:

rraw mengatakan...

wah narsis gila..

20 Juli 2010 pukul 01.42

Posting Komentar

 

2009 ·Semanggi 4 Jari by TNB