Borobudur Tells Something (part 1)

Kamis, 30 Juni 2011

Siapa sih yang nggak tau Candi Borobudur? Saya yakin sebagian warga dunia pun tahu. Candi Budha ini pernah masuk dalam 7 Keajaiban Dunia. Maka dari itulah dia cukup terkenal.



Saya sudah pernah kesana 3 kali lho. Pertama waktu masih kecil, jadi cuma ingat samar-samar kalau Borobudur bertuknya mblenduk-mblenduk. Kedua pas SMP dan waktu itu saya sudah sadar kalau orang-orang zaman Dinasti Syailendra pasti bangga bisa membangun candi ini. Ketiga pas SMA (liburan Waisak tahun ini lho). Saya belum pernah bosan pergi kesana. It's so amazing! Hebat buanget! Apalagi setelah tahu cerita-cerita di dalamnya. Hmm... Disini saya tidak ingin bercerita tentang letak, pemugaran, dll-nya (itu sih ada di Wikipedia), tapi relief dan stupa. Ingat, RELIEF dan STUPA.

Untuk awalan, perlu diketahui bahwa Candi Borobudur itu dulunya adalah sekolah. Nah, tingkatan candi (Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu) sebenarnya juga semacam tingkatan kelas. Sedangkan relief-relief di dinding candi merupakan bahan yang diajarkan. Tapi jangan dikira kita bakal menemukan ukiran rumus s=v.t atau sistem periodik unsur ya. Hehehe. Yang diajarkan di sekolah ini adalah filsafat. Anyway, tahu kerajaan Sriwijaya kan? Yang sudah lulus dari sini, bisa dikirim ke sana lho.

OK. Berikut adalah sebagian kecil dari relief di Candi Borobudur (kalau semua, yakin deh nggak cukup waktu sehari untuk nulis postingan).

Kapal Samudra Raksa


Relief kapal ini menunjukkan kalau dari dulu bangsa kita memang bangsa maritim dan nenek moyang kita memang pelaut. Horeee! Menurut cerita di relief, kapal ini sudah pernah berlayar di Samudera Hindia hingga mencapai Madagaskar dan Ghana. FYI, seseorang (kalau nggak salah Philip Belae) mencoba membangun kembali kapal ini. Kapal bangunannya itu sekarang ada di Museum Samudra Raksa Borobudur.

Pohon Kalpataru

Orang-orang zaman dahulu menjadikan pohon Kalpataru sebagai simbol green peace. Coba ingat! Apa nama penghargaan yang diberikan kepada orang yang berjasa pada lingkungan? Yak betul, Kalpataru! Mungkin ini asal usulnya ya? Hehehe. Oh, iya. Diceritakan juga pohon Kalpataru ini dijaga oleh dewi yang berbadan burung.

Cerita Raja yang Budiman

Di salah satu bahan yang diajarkan di Borobudur, ada sebuah cerita tentang seorang raja yang memberikan matanya. Begini ada seseorang yang buta dan ia ingin menguji kearifan raja di negerinya. Dia mendatangi raja tersebut dan memohon bantuan. Tak disangka, dengan kerendahan hatinya sang raja memberikan matanya untuk orang buta tersebut. Cerita ini bernilai moral seorang pemimpin yang tidak memikirkan dirinya sendiri dan dekat dengan rakyatnya.

Tapi setelah saya melewati relief ini saya jadi berpikir. Kenapa raja itu tidak memberi bantuan medis saja ya? Kalau mata, kan belum tentu si orang buta itu secakap dirinya. Hahaha. Ah, namanya juga cerita.

Eh, foto relief itu dilihat dari kiri ke kanan ya.

Berbagai Macam Posisi Tangan

Posisi tangan yang seperti ini berarti ketenangan dan penuh ide. Tiga jari yang berdiri melambangkan skill, work, dan power. Sedangkan dua jari yang membentuk lingkaran melambangkan lingkaran sukses bila skill, work, dan power ini jadi satu. Filsafat sih...


Pemberian rencana yang baik. Di foto relief (kanan) menceritakan seorang raja yang sedang memberikan penjelasan dan rencana yang baik, bukan seperti diktator yang menunjuk-nunjuk.


Kalau tangan yang seperti ini berarti memberi penghormatan. Saya pikir, yang terakhir ini sudah umum ya? Jadi cukup menangkupkan dua tangan sudah menandakan penghormatan kepada lawan bicara. FYI, sebegian besar orang Asia menggunakan posisi tangan ini.

At last...
Semakin ke atas, semakin relief-relief di dinding candi berkurang. Mengapa? Karena orang-orang percaya semakin tinggi tingkatan seseorang, semakin tidak ada apa-apa lagi. Lihat aja di tingkatan candi paling atas nggak ada relief sama sekali kan? Yang ada hanya stupa mengarah ke atas yang menandakan hubungan dengan Yang Maha Kuasa.



Nah itulah sebagian kecil (banget) penjelasan dari relief-relief yang ada di Candi Borobudur. Bagaimanapun juga, filtering dulu ya. Yang sesuai atau baik dijadikan pembelajaran dan yang kurang sesuai digunakan sebagai wawasan saja. Sungguh amazing kan nenek moyang kita? Semoga kejayaan zaman dahulu bisa terulang bahkan lebih baik lagi. Amin.

Oh iya. Cerita tentang stupa-stupa di part selanjutnya ya. Thank you...



-anggi-
1 Juli 2011
11.43



NB: Penjelasan di atas tadi sumbernya dari Pak Agus, salah satu tour guide di Borobudur. Kalau ingin menyewa guide, siapkan uang sekitar 75 ribu dan have a nice trip!
 

2009 ·Semanggi 4 Jari by TNB