Cooking Class dan Sakit Perut

Senin, 01 Maret 2010

Mungkin waktu baca judulnya, pada kepikiran kalau habis masak-masak terus kebanyakan makan alhasil sakit perut deh. Iie! No! Tidak! Bukan seperti itu.

Well, cerita ini terjadi hari Sabtu kemarin tanggal 27 Februari 2010. Teman saya pun sudah memposting cerita ini (sesuai sudut pandang dia tentunya). Bukannya saya ingin meniru, tapi hanya ingin melengkapi sesuai sudut pandang saya. Hehehehe...

Oh, iya. Lebih baik baca dulu cerita cooking class versi teman saya dulu ya. Ini link-nya.

Di situ sudah diceritakan kalau saya dan teman-teman les Bahasa Inggris saya di LIA pergi ke Maura. Itu tuh, toko roti yang ada di Jalan Pierre Tendean (yang pasti di kota Semarang. XD). Kata guru saya, Miss QQ, tujuan kami kesana memang buat refreshing. Hmm... Okelah kalau begitu.

Saya kira bakal ada lempar-lemparan tepung, masuk ke dapur Maura, lihat oven, yaa.. something like that. Tapi ternyata tidak. Sampai di Maura kami langsung dibawa ke ruangan yang ada meja-mejanya yang terletak di lantai 3. Per meja ada sekitar 5 atau 6 kursi. Saya semeja dengan beberapa teman saya yaitu Annisa, Mbak Sari, Mbak Dennisa, Rani, Tata, dan Mbak Syifa. Saya kira habis ini bakal diajarin buat adonan kue. Eh, ternyata malah adonannya sudah jadi dan kami tinggal menghiasnya saja.


Inilah roti bikinan saya. Saya menyebutnya roti ulet. Hihihi.
Setelah ini tinggal dioven. Eh, mejanya bersih lho. Menggiling adonan di meja pun tak apa.
Oh iya, Maura juga menyediakan mesis dan kacang untuk menghias.


Setelah bikin roti ulet, ada kejadian yang menyebalkan. I got stomachache! Oh My God! Padahal masih ada spageti dan cookies yang menunggu. Ah, tapi perut ini tak bisa diajak berdiskusi. Langsung saja saya izin pulang.

Miss QQ yang ada di lantai 2 langsung menanyai saya, "Pulang sama siapa?". Saya jawab, "Sendiri.". Miss QQ bilang lagi, "Are you sure?" dengan wajah yang serius. Kayak saya emang sakit parah aja, ih. Hihihi..

Ternyata saya memang sakit agak parah. Sampai rumah saya langsung tak berdaya terkapar di kamar. Saya sempet baca SMS dari Annisa yang isinya, "Gimana, Nggi?". Tapi apadaya kepala sudah terlanjur berat. Anyway, ibu memberi suatu ramuan yang katanya manjur. Katanya, "Nih, minum. Ini obat cap kupu-kupu."

Hah? Kupu-kupu? Pikiran saya sempat melayang untuk mengingat obat apa yang ada gambar kupu-kupunya. Aduuuh... Dan tahu nggak? Sampai sekarang saya belum tahu itu obat apaan. Hihihi...

Hari Senin kemudian, Annisa membawakan roti ulet yang sudah dioven. Taraaa... Inilah jadinya...


Roti ulet! Hahahaha. Menurut saya malah seperti siput tanpa cangkang.
Aslinya sayang buat dimakan. Tapi bodo amat ah. Sikaaat!



Hei! Nama di kardusku dobel 'n'!

Hmm... Kalau mau tahu tentang Maura, klik aja ini. Maura.


 

2009 ·Semanggi 4 Jari by TNB