It's Not About Valentine...

Senin, 15 Februari 2010

Sudah lama juga saya tidak memunculkan postingan. Hehehehe. Sedangkan hari ini sudah tanggal 16 Februari 2010.

Kenapa ya, saya repot-repot menulis tentang hari Valentine? Padahal tradisi memberi coklat sudah hilang sejak saya kelas 5 SD. Hilang? Berarti dulu pernah ada? Ya, memang pernah sewaktu kelas 3 dan 4 tukaran cokelat dengan teman-teman saya, tetapi ada salah satu pembina pramuka saya bilang kalau memberi cokelat tidak mesti waktu Valentine dan sebenarnya Valentine itu malah memperingati kematian seorang pendeta. Hmmm... masuk akal. Mengingat sejarah Valentine memang dramatis. Dulu ada seorang pendeta yang bernama Valentino yang sering menikahkan pasangan-pasangan. Dari sumber yang saya baca, di zaman itu menikah itu agak tabu jadi pendeta itu sempat dipenjara karenanya. Sewaktu dia meninggal, banyak orang yang merasa dia berjasa membawa cokelat dan bunga. Dan jadilah hari Valentine yang diperingati setiap 14 Februari.

Saya jadi tidak terlalu 'ngeh' dengan hari Valentine. Namun, jika ada teman saya yang memberi cokelat, ya sudah saya terima. Hoho.. Memang terdengar curang. Saya tidak memberi, tetapi saya menerima cokelat. But I have a reason, guys. Mending saya terima kan, daripada saya tolak dan orang itu kecewa. Ah, anggap saja dia memang mau memberi saya cokelat. Hihihihi...

Valentine kemarin juga begitu. Malah mungkin agak buruk juga bagi saya. Kenapa? Saya berada di lingkungan baru lagi. Di lingkungan ini benar-benar muda untuk menjelaskannya.

Ada seorang teman saya (anggap saja dia bernama Lala) ingin memberi cokelat kepada teman saya yang satunya (anggap saja dia bernama Peter). Sebenarnya saya suka Peter dan pasti nggak mungkin dong kalau saya bilang ke Lala. Ah, ya sudahlah. Tak apa. Setiap orang punya hak untuk menyukai orang lain.

Tapi walaupun saya berkata seperti itu, salah satu bagian dari diri saya berkata lain. "Ayooo, Nggi... Kamu juga harus kasih cokelat..." Dengan kondisi yang berbeda dengan si Lala, maksud saya dia bisa dengan mudah minta uang kepada orang tuanya untuk beli cokelat sedangkan saya tidak, sulit untuk beli cokelat. Apalagi saya tetap tidak mau merayakan kematian seseorang. Sekali lagi saya belajar untuk mempertahankan pendirian.

Tapi suatu hari sahabat saya berkata,

jangan sedih, nggi. walopun cewek2 lain bisa ngasih cokelat, belum tentu mereka bisa ngedapetin perasaan cowok itu.. ya kan?

Aha! Itu benar.
Dan seolah saya dapat tamparan untuk kedua kalinya, kali ini kata-kata dari guru les saya. Waktu itu beliau memberi saya cokelat dan berkata, "ini bukan karena Valentine, ini karena saya sayang kalian."

Saya jadi merasa menjadi orang yang bodoh. Untuk apa saya memikirkan Valentine = cokelat? Padahal sebelumnya pemikiran saya sudah bagus. Secara spontan saya langsung kepikiran ibu saya, ayah, adik, dan sahabat-sahabat saya. Hmmm...

Akhirnya saya mengerti. Bukan hanya sekadar mengerti Valentine = hari kasih sayang, tetapi saya jadi sadar kalau orang-orang di sekitar saya sangat menyayangi saya.

And it's not about valentine, it's about the way i love you...


tidak tahu mengapa ibu saya ingin agar saya mengganti sprei saya menjadi warna pink. hahaha.

Dan saya tidak tahu, malamnya om saya memberi saya amplop. Ini bagian dari angpao atau tidak saya juga tidak tahu. Yang jelas itu ada isinya (ya iyalah). Tapi kok saya merasa ini terlalu banyak ya?

Ketika saya bertanya dalam rangka apa om saya memberi angpao, om saya hanya bilang, "Ini berkah dari Tuhan". Aduuh, kalau sudah menyangkut berkah dari Tuhan, saya sudah tidak bisa bicara lagi. Takut menyinggung orang yang berbeda agama. Hihihi...

0 komentar:

Posting Komentar

 

2009 ·Semanggi 4 Jari by TNB